Rabu, 28 Oktober 2015

Tebaklah Maksudku

Jangan biarkan kasihmu menjadi lilin padam

Yang hanya bisa berdiri tak bisa menerangi

Tak perlu berucap tidak

Tapi ya kau melakukannya

 

Lihatlah bongkahan Tanah

Genggamlah!

Bongkahan itu menjadi Butiran
 

Jangan sampai pelukanmu, dekapanmu

Menghancurkanku!

 

Bahkan Mataku tak mampu lagi berkedip

Mencoba menahan tetesan air sendu

Nafasku tertahan, tersendat

Ijinkan aku berkata, “Pergilah!” 


Selasa, 20 Oktober 2015

Help Me, to Think . .

Alunan Saxophone menemani lamunanku
Mengingat setiap gerak gerik mu yang kupantau saat ini
Aku pikir kau bukan seorang aktor yang hebat
Yang mampu berakting seolah tak merasakannya
Terlihat jelas diwajahmu 

Adakah yang menganjal ?
Bisakah kau membagikannya ?

Ku berjalan
Setiap Langkah sepatuku menemani tanda tanya dipikiranku
Ku melihat
Setiap tatapku memperhatikan wajah tak senangmu
Ku bertanya 
Setiap kata bibirku bertanya apa keluhmu

Adakah yang merusak harimu ? 
Bisakah kau membagikannya ?
Aku siap mendengarnya

Detik jam pun bosan melihat akting jelek mu 
Kau pikir wajahmu mampu menyembunyikannya ?
Kau pikir alihan pembicaraan mu mampu mengalihkan rasa penasaranku ?

Diam ..
Diam ..
Hening ..
Hening ..

Baiklah, aku berniat membuat kau tertawa 
Bermaksud melupakan sedikit kepenatanmu
Bermain dengan cerita masa depan
Bercerita seolah semua hanya selangkah lagi
Bahagia . . .

Namun senyum itu tetap tidak mampu menyembunyikan akting jelek ku 

Disini aku berpikir, apa yang harus kulakukan agar bisa menjadi pengalih kepenatanmu
Dan disini aku mulai menerka, mungkin hanya kepuasanmu yang mampu menjadi pengalih kepenatanmu.

Bantu aku agar bisa mengembalikan ceria di wajahmu . . .

Jumat, 16 Oktober 2015

Your Serious Face

Detik jam dan hembusan angin menatapku dari kejauhan, mereka memperhatikanku yang sedang memperhatikanmu.
Memperhatikanmu saat, matamu tertuju pada layar bercahaya, terfokus pada huruf simbol dan angka yang ada di layar itu. Aku yakin pada saat itu banyak sekali pertanyaan dalam benak mu, pertanyaan akan pernyataan-pernyataan yang membuat mu bingung. Bagaimana tidak? Sebegitu seriusnya matamu memperhatikan layar itu.

Tanpa kusadari, dan aku terus memperhatikanmu. Memperhatikanmu dengan semua alat canggih itu. Terlihat keningmu yang mulai berkerut dan kepalan tangan yang mulai meopang dagumu. Aku mulai berkata dalam hati, “Adakah benda lain yang mampu merebut kefokusanmu selain alat canggih itu?”

Sedikit aku mulai mengalihkan pandanganku darimu, namun tak menghalangiku untuk mencuri pandang padamu. Dan dirimu masih tetap pada keadaan seperti itu. Matamu tertuju pada layar bercahaya itu. Dan kudengar jemarimu mulai mempermainkan tombol tombol berangka.

Entah mengapa aku menjadi rindu untuk curi pandang lagi. Curi pandang padamu lagi.
“Hey kamu? Mengapa tidak menyapaku? Aku ingin mengenalmu” Mungkin aku tidak semenarik layar bercahayamu itu.

Kuakui, ternyata kesibukan mu mampu membuat aku terpana. Terpana pada kefokusan itu. Terpesona dengan tatapan mata mu pada layar bercahaya itu. Terpukau dengan apa yang kamu lakukan pada saat itu.

Ada pertanyaan dalam benakku, “Adakah wanita yang mampu mengalihkan kefokusanmu?”


200 words for watch your serious face,
Love,

Me.