Rabu, 20 Januari 2016

Perasaan apa ini?

Dear Diary, 

Pagi ini detik ini, dan sekarang juga. Aku mengerti perasaan apa yang kurasakan dari lama yang membuatku terbelenggu. Bahwa sebenarnya logika ku ingin membencimu. Karena apa? Aku berpikir hanya aku yang bodoh dalam penantian ini, aku tak menemukan apapun dalam penantian ini. Lelah! Jenuh! Muak! Apa maksudmu? Kau sengaja membuatku berlatih agar membencimu? Apa ini yang kau ingin bahwa aku kelak akan membenci mu. Kau pikir aku tidak hebat untuk berpura-pura bisa melakukannya, aku bisa. Akan kubuktikan. Tak terhitung berapa detik aku menantimu. Tak terhitung berapa tetes airmataku. Tak perlu kalian mengira! Diapun tak peduli. 

Aku ini bodoh. 

Dalam bara emosi aku menulisnya.
Namun kusadar apa yang telah kutulis.

Masih sepenggal Novel, 
Kisah hidup insan penantian 

Pagi, aku membencimu.

Penggalan Novel . . .


Dalam rindu yang dalam terlintas bayang-bayang mu yang perlahan kemudian meninggalkanku. Apa yang kau pikirkan ketika aku merindukanmu? Apa kau juga merasakan hal yang sama? Apa yang kau rasakan saat seluruh ruang dipikiranku hanya terisi nama dan wajah mu? Apakah kau merasakan sesuatu? Atau.. Bahkan tidak sama sekali.

Aku tak habis pikir, begitu tega kau mempraktikan keacuhan mu padaku. Apa yang ingin kau tunjukan? Apa ada isyarat yang ingin kau beritahu padaku dengan cara acuhmu seperti ini. Kau tau bahwa hanya kau insan yang bisa kuajak bicara, lalu jika kau pergi.. Insan mana yang sabar mendengar ocehanku?

Entah alasan apa yang tepat dan harus kuberi jawaban apa jika ada yang bertanya mengapa aku  tetap menunggu mu dengan keacuhanmu.

Adakah orang yang mau kutumpukan keluhanku,

Memelukku dalam kesesakan,

Bukan diam terbelenggu dalam pikiran semu

Pesanku,

Izinkan hati mu merasa, biarkan logika mu beristirahat

Bila aku membencimu, mengapa aku merindukanmu? Bisakah aku berjalan diam tanpa ada kau mengisi seluruh ruang dipikiranku. Dan bila aku membencimu, mengapa aku selalu yakin bahwa kau mencintaiku?


Sepenggal Novel,

Kisah hidup insan penantian


Rabu Malam nan Sendu,

20 Januari 2016

Senin, 04 Januari 2016

Dalam Lamunan

Aku tertegun sejenak 
Seiring dengan rintik hujan jatuh ke dasar tanah 
Selama ini yang tidak kusadari, 
Aku bertahan dalam kesendirian 
Sepi, sunyi, hening 
Hanya dalam lamunan aku berkata 
Bahwa aku benci sendiri

Di tengah malam yang sunyi ini, 
Aku tak sendiri, aku ditengah kerumunan orang
Mereka bergurau, bercanda, tertawa dengan insan lain 
Namun aku? 
Hanya mencoba ikut bahagia atas kebahagian mereka
Percayalah, ini bukan senyum palsu

Aku bahagia kalian tidak merasakan kesendirian yang kurasakan 
Kuharap tak akan pernah.


 Being alone, never..