Dear Diary,
Pagi ini detik ini, dan sekarang juga. Aku mengerti perasaan apa yang kurasakan dari lama yang membuatku terbelenggu. Bahwa sebenarnya logika ku ingin membencimu. Karena apa? Aku berpikir hanya aku yang bodoh dalam penantian ini, aku tak menemukan apapun dalam penantian ini. Lelah! Jenuh! Muak! Apa maksudmu? Kau sengaja membuatku berlatih agar membencimu? Apa ini yang kau ingin bahwa aku kelak akan membenci mu. Kau pikir aku tidak hebat untuk berpura-pura bisa melakukannya, aku bisa. Akan kubuktikan. Tak terhitung berapa detik aku menantimu. Tak terhitung berapa tetes airmataku. Tak perlu kalian mengira! Diapun tak peduli.
Aku ini bodoh.
Dalam bara emosi aku menulisnya.
Namun kusadar apa yang telah kutulis.
Masih sepenggal Novel,
Kisah hidup insan penantian
Pagi, aku membencimu.
Seorang cewek terkadang akan merasa resah jika memendam apa yang dia rasakan, so I choose this blog to share it.
Rabu, 20 Januari 2016
Penggalan Novel . . .
Dalam rindu yang dalam terlintas bayang-bayang mu yang perlahan kemudian meninggalkanku. Apa yang kau pikirkan ketika aku merindukanmu? Apa kau juga merasakan hal yang sama? Apa yang kau rasakan saat seluruh ruang dipikiranku hanya terisi nama dan wajah mu? Apakah kau merasakan sesuatu? Atau.. Bahkan tidak sama sekali.
Aku tak habis pikir, begitu tega kau mempraktikan keacuhan mu padaku. Apa yang ingin kau tunjukan? Apa ada isyarat yang ingin kau beritahu padaku dengan cara acuhmu seperti ini. Kau tau bahwa hanya kau insan yang bisa kuajak bicara, lalu jika kau pergi.. Insan mana yang sabar mendengar ocehanku?
Entah alasan apa yang tepat dan harus kuberi jawaban apa jika ada yang bertanya mengapa aku tetap menunggu mu dengan keacuhanmu.
Adakah orang yang mau kutumpukan keluhanku,
Memelukku dalam kesesakan,
Bukan diam terbelenggu dalam pikiran semu
Pesanku,
Izinkan hati mu merasa, biarkan logika mu beristirahat
Bila aku membencimu, mengapa aku merindukanmu? Bisakah aku berjalan diam tanpa ada kau mengisi seluruh ruang dipikiranku. Dan bila aku membencimu, mengapa aku selalu yakin bahwa kau mencintaiku?
Sepenggal Novel,
Kisah hidup insan penantian
Rabu Malam nan Sendu,
20 Januari 2016
Senin, 04 Januari 2016
Dalam Lamunan
Aku tertegun sejenak
Seiring dengan rintik hujan jatuh ke dasar tanah
Selama ini yang tidak kusadari,
Aku bertahan dalam kesendirian
Sepi, sunyi, hening
Hanya dalam lamunan aku berkata
Bahwa aku benci sendiri
Di tengah malam yang sunyi ini,
Aku tak sendiri, aku ditengah kerumunan orang
Mereka bergurau, bercanda, tertawa dengan insan lain
Namun aku?
Hanya mencoba ikut bahagia atas kebahagian mereka
Percayalah, ini bukan senyum palsu
Aku bahagia kalian tidak merasakan kesendirian yang kurasakan
Kuharap tak akan pernah.
Being alone, never..
Langganan:
Postingan (Atom)