Dalam rindu yang dalam terlintas
bayang-bayang mu yang perlahan kemudian meninggalkanku. Apa yang kau pikirkan
ketika aku merindukanmu? Apa kau juga merasakan hal yang sama? Apa yang kau
rasakan saat seluruh ruang dipikiranku hanya terisi nama dan wajah mu? Apakah kau
merasakan sesuatu? Atau.. Bahkan tidak sama sekali.
Aku tak habis pikir, begitu tega
kau mempraktikan keacuhan mu padaku. Apa yang ingin kau tunjukan? Apa ada isyarat
yang ingin kau beritahu padaku dengan cara acuhmu seperti ini. Kau tau bahwa
hanya kau insan yang bisa kuajak bicara, lalu jika kau pergi.. Insan mana yang
sabar mendengar ocehanku?
Entah alasan apa yang tepat dan
harus kuberi jawaban apa jika ada yang bertanya mengapa aku tetap menunggu mu dengan keacuhanmu.
Adakah orang yang mau kutumpukan
keluhanku,
Memelukku dalam kesesakan,
Bukan diam terbelenggu dalam
pikiran semu
Pesanku,
Izinkan hati mu merasa, biarkan
logika mu beristirahat
Bila aku membencimu, mengapa aku merindukanmu? Bisakah aku
berjalan diam tanpa ada kau mengisi seluruh ruang dipikiranku. Dan bila aku
membencimu, mengapa aku selalu yakin bahwa kau mencintaiku?
Sepenggal Novel,
Kisah hidup insan penantian
Rabu Malam nan Sendu,
20 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar