Rabu, 20 Januari 2016

Penggalan Novel . . .


Dalam rindu yang dalam terlintas bayang-bayang mu yang perlahan kemudian meninggalkanku. Apa yang kau pikirkan ketika aku merindukanmu? Apa kau juga merasakan hal yang sama? Apa yang kau rasakan saat seluruh ruang dipikiranku hanya terisi nama dan wajah mu? Apakah kau merasakan sesuatu? Atau.. Bahkan tidak sama sekali.

Aku tak habis pikir, begitu tega kau mempraktikan keacuhan mu padaku. Apa yang ingin kau tunjukan? Apa ada isyarat yang ingin kau beritahu padaku dengan cara acuhmu seperti ini. Kau tau bahwa hanya kau insan yang bisa kuajak bicara, lalu jika kau pergi.. Insan mana yang sabar mendengar ocehanku?

Entah alasan apa yang tepat dan harus kuberi jawaban apa jika ada yang bertanya mengapa aku  tetap menunggu mu dengan keacuhanmu.

Adakah orang yang mau kutumpukan keluhanku,

Memelukku dalam kesesakan,

Bukan diam terbelenggu dalam pikiran semu

Pesanku,

Izinkan hati mu merasa, biarkan logika mu beristirahat

Bila aku membencimu, mengapa aku merindukanmu? Bisakah aku berjalan diam tanpa ada kau mengisi seluruh ruang dipikiranku. Dan bila aku membencimu, mengapa aku selalu yakin bahwa kau mencintaiku?


Sepenggal Novel,

Kisah hidup insan penantian


Rabu Malam nan Sendu,

20 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar